Minggu, 14 Desember 2014

Memaknai Upacara dalam kekinian



Di Bali sebentar lagi, tepatnya dua hari lagi di tanggal 17 December akan merayakan hari raya Galungan. Makna dari upacara tersebut adalah sebuah bakti akan kemenangan Dharma melawan Adharma lewat upacara dan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Para sahabat di Bali yg merayakan sudah sangat di sibukan oleh upacara tersebut sebelum dan sesudahnya, hendaknya kita berpikir apakah upacara tersebut sudah di maknai dengan dengan baik secara kekinian? Dan juga timbul pertanyaan apakah upacara tersebut bisa mendamaikan dan bahkan menyembuhkan Jiwa ?  Guru di aliran yang saya tekuni lewat pemaparan yg Beliau tuliskan menjelaskan :

Di Jepang sana ada upacara indah seni meminum teh. Langkah pertama dalam upacara ini adalah mengosongkan cangkir. Maknanya, kosongkan dulu cangkir pikiran dari masa lalu dan masa depan, kemudian seseorang bisa menuangkan teh kekinian. Sahabat-sahabat yang meditasinya mendalam mengerti, pikiran yang belum disentuh meditasi penuh dengan masa lalu dan masa depan. Masa lalu mengejar lengkap dengan memori buruk serta rasa bersalah. Masa depan memenuhi cangkir pikiran dengan ketakutan dan kecemasan. Khususnya ketakutan akan kematian. Sebagai akibatnya, cangkir pikiran tidak pernah bisa diisi oleh hadiah kehidupan bernama masa kini. Sebagaimana dikenal luas di dunia meditasi, masa lalu sudah lewat, masa depan belum datang. Satu-satunya hadiah kehidupan bernama saat ini. Itu sebabnya dalam bahasa Inggris saat ini disebut the present (hadiah).

Juga Guru menjelaskan bahwa , Keadaan batin yang istirahat sempurna di saat ini kemudian menjadi rahim bagi lahirnya bayi bernama pengetahuan diri yang sejati. Begitu pengetahuan akan diri sejati lahir, maka setiap langkah kehidupan diterangi oleh cahaya. Cahaya ini yang membuat semua kegelapan kebodohan dan ketidaktahuan lenyap menghilang.


Kembali kepada Upacara Galungan, satu hari sebelum Hari Galungan masyarakat memotong babi. Simbol di balik memotong babi sederhana, memotong kebodohan dan ketidaktahuan. Babi bisa dipotong dengan pisau, tapi kebodohan dan ketidaktahuan hanya bisa dipotong oleh kedalaman konsentrasi (samadhi). Di tingkat kesempurnaan, konsentrasi berarti menerima, mendekap, tersenyum pada setiap berkah kekinian. Terutama karena semua putaran kehidupan adalah senyuman kesempurnaan yang sama. Begitu seseorang bisa mendekap setiap berkah kekinian secara sempurna, di sana jiwa bisa mengalami kedamaian.

Guru menekankan bahwa upacara tentu saja membawa kemungkinan kesembuhan jiwa. Cuman, ia hanya menyembuhkan kalau manusia memaknakan upacara secara dalam. Di tingkat yang terdalam, upacara adalah ekspresi cinta yang tidak bersyarat.

Semoga di Hari Galungan dan Kuningan semua mahluk hidup berbahagia selalu, dan bisa membagikan cinta kasih kepada sesama tanpa syarat apapun sebagai wujud Bakti dalam memaknai upacara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar